Kultum Tentang 3 Hikmat Penting Dalam Mengarungi Bulan Ramadhan
Diposting oleh :
M Delfi Saputra | Dirilis :
05.34 | Series :
Ramadhan
sering datang dengan tiba-tiba, dan berlalu begitu cepat tanpa terasa. Ia
adalah momentum termahal yang pernah kita punya untuk mendulang pahala …
Ramadhan yang
dirindukan telah menjelang. Setiap kita mempunyai beragam cara untuk
menyambutnya. Musim kebaikan tahunan ini memang tak layak untuk dilewatkan
begitu saja. Bahkan Rasulullah SAW sejak awal mengadakan briefing
penyambutan Ramadhan di tengah-tengah para sahabat. Dari Abu Hurairah ra,
Rasulullah SAW bersabda : “ Sungguh telah datang padamu sebuah bulan yang
penuh berkah dimana diwajibkan atasmu puasa di dalamnya, (bulan) dibukanya
pintu-pintu surga, dan ditutupnya pintu-pintu neraka jahannam, dan
dibelenggunya syaitan-syaitan, Di dalamnya ada sebuah malam yang lebih mulia
dari seribu bulan. Barang siapa diharamkan dari kebaikannya, maka telah
diharamkan (seluruhnya) “(HR Ahmad, Nasa’i dan Baihaqi)
Ramadhan sering
datang dengan tiba-tiba, dan berlalu begitu cepat tanpa terasa. Ia adalah
momentum termahal yang pernah kita punya untuk mendulang pahala. Ini mirip
bulan promosi dan besar-besaran yang ditawarkan di pusat-pusat
perbelanjaan. Kebaikan nilai pahalanya menjadi berlipat-lipat, semua orang
berburu memborongnya. Saya sering mengibaratkan Romadhon itu : Bagaikan kita
mendapat ‘hadiah’ di sebuah pusat perbelanjaan. Kita diberi kesempatan untuk
mengambil semua barang belanja di dalamnya, namun hanya dalam waktu beberapa
saat saja ! Allah SWT menggambarkannya dalam Al-Qur’an : ” (yaitu) dalam
beberapa hari yang tertentu” ( QS Al-Baqarah 184)
Semua kita, jika
diberi kesempatan ‘gratisan’ semacam itu, pasti segera meloncat lalu berlari
menuju rak-rak belanjaan untuk segera mengambil barang-barang, dari yang
termahal hingga termurah. Nyaris tanpa henti hingga waktunya selesai. Lelah
berkeringat bukan masalah. Apa yang dalam pikiran kita adalah ini kesempatan
berharga.. Sekali lengah atau berhenti bisa berarti kerugian yang tak
terbayangkan. Apa makna dari gambaran di atas ? Satu arti yang harus kita
pahami dan kita catat dengan baik adalah ; bahwa Ramadhan memang benar-benar
berbeda. Perlu interaksi, konsentrasi dan energi yang berbeda pula dalam
menyikapinya. Jangan sekali-sekali menyamakan Ramadhan dengan sebelas
bulan yang lainnya. Berbeda dan sungguh berbeda, bahkan mulai dari cara kita
menyambutnya. Yang menyamakan siap-siap saja gulung tikar di hari-hari pertama.
Salah satu cara
kita menyambutnya adalah dengan memahami Hikmah Ramadhan. Kita bisa sesibuk
apapun dalam bulan Ramadhan, tapi tanpa menyelami hikmahnya, barangkali yang
tersisa saat Syawal menjelang hanyalah kelelahan fisik yang tak terkira. Saat
musim mudik usai, mungkin hanya suara parau sisa kebut-kebutan tilawah yang
bersisa. Namun sebaliknya, dengan mengetahui sejuta hikmah dalam Ramadhan, maka
kita akan menikmati amal-amal ibadah dalam Ramadhan dengan penuh penghayatan
dan kekhusyukan. Kita menjalani paket ibadah Ramadhan lengkap dengan lebih
ringan karena memahami manfaatnya buat kita. Dan lebih hebat lagi, setelah
Ramadhan usai pun kita masih bisa merasakan hikmahnya dalam menjalani hari-hari
selanjutnya.
Mari sejenak
mengambil ibarat : seorang yang minum obat-obatan dan seorang yang minum madu
atau multivitamin. Yang minum obat-obatan, biasanya sekedar ‘menggugurkan’
kewajiban agar terbebas dari rasa sakitnya. Ia sendiri tak pernah paham khasiat
apa yang terkandung dalam obat tersebut. Yang jelas dokter mewajibkannya
meminum obat tersebut secara rutin tiga kali sehari. Maka ia meminumnya dengan
setengah hati dan terbebani. Lain lagi dengan seorang yang minum madu atau
multivitamin yang sejenis. Ia tahu persis khasiat yang terkandung di dalamnya,
sebagaimana ia juga meyakini manfaat besar yang akan ia dapatkan ketika
meminumnya. Maka ia meminumnya dengan begitu ringan dan bersemangat. Contoh
kedua inilah yang ingin kita praktekkan dalam hari-hari Ramadhan kita. Kita
memahami hikmah dan ‘khasiat’ ramadhan bagi diri kita, lalu menikmati dan
menjalani semua amal dan aktifitas di dalamnya dengan penuh semangat, gairah
dan vitalitas !! ( ups .. mirip iklan jadinya).
Saya meyakini
ada sejuta hikmah dalam Ramadhan yang mulia ini. Mari kita intip tiga di
antaranya sebagai penyemangat awal sekaligus oleh-oleh Ramadhan saat telah usai
nanti :
Pertama :
Ramadhan sebagai Training Keikhlasan
Puasa adalah
ibadah yang melatih keikhlasan. Maka puasa Ramadhan selama sebulan adalah
training keikhlasan yang sangat efektif. Sejak awal Rasulullah SAW menjelaskan
betapa ibadah puasa benar-benar jalur langsung antara seorang dengan Tuhannya.
Puasa menjadi ibadah yang begitu mulia karena langsung dinilai oleh Allah sang
Maha Mulia. Beliau meriwayatkan firman Allah SWT dalam sebuah hadits
Qudsi : “ Setiap amal manusia adalah untuknya kecuali Puasa, sesungguhnya
(puasa) itu untuk-Ku, dan Aku yang akan membalasnya “ ( HR Ahmad dan Muslim).
Ibadah Puasa
melatih kita untuk ikhlas dalam arti yang paling sederhana, yaitu : beramal
hanya karena Allah SWT, mengharap pahala dan keridhoan-Nya. Betapa tidak
? Hampir semua ibadah bisa dideteksi dengan mudah oleh semua manusia, kecuali
puasa. Orang menjalankan sholat dan zakat bisa dengan mudah terlihat
dengan mata telanjang. Apalagi ibadah haji, rasa-rasanya satu kampung pun bisa
mengetahui kalau salah satu kita menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan puasa,
yang hampir-hampir tidak bisa diketahui oleh orang lain karena kita ‘sekedar’
menahan tidak makan minum dan berhubungan badan.
Artinya, dalam
puasa kita dipaksa untuk ‘ikhlas’ menjalani itu semua hanya karena Allah SWT.
Sekiranya bukan karena ikhlas, akan sangat mudah bagi seseorang untuk mengelabui
keluarga atau teman-temannya. Ia bisa ikut sahur dan juga berbuka bersama
keluarga, tapi di siang hari mungkin saja menyantap lahan makanan di warung
langganannya. Kita semua juga bisa berakting puasa dengan mudah, tapi lihatlah
: tidak pernah terbersit dalam hati kita untuk menjalani puasa dengan modus
semacam itu. Subhanallah, inilah training keikhlasan terbaik yang pernah kita
dapati. Sebulan penuh merasa di awasi dan beramal hanya karena Allah SWT. Mari
kita sedikit berangan, seandainya kaum muslimin di Indonesia bisa mengambil
sedikit saja oleh-oleh keikhlasan samacam ini untuk bulan-bulan selanjutnya,
bisa kita bayangkan angka kejahatan, korupsi dan sebagainya insya Allah akan
menurun drastis. Karena mereka semua merasa di awasi oleh Allah SWT, lalu
menjalankan ketaatan dengan ikhlas sebagaimana meninggalkan kemaksiatan juga
dengan ikhlas.
Kedua : Ramadhan
untuk Training Keistiqomahan
Momentum
Ramadhan yang penuh dengan berbagai amalan –dari pagi hingga malam hari-
mau tidak mau, suka tidak suka, akan membuat seorang berlatih untuk istiqomah
dalam hari-hari selanjutnya. Kita semua benar-benar menjadi orang yang sibuk
dalam bulan Ramadhan. Bangun di awal hari untuk sholat malam dan sahur,
kemudian siang hari yang dihiasi tilawah dan dakwah, belum lagi malam hari yang
bercahayakan tarawih dan tadaruh. Semua kita lakukan dalam tempo sebulan penuh
terus menerus. Sebuah kebiasaan tahunan yang nyaris tidak kita percaya bahwa
kita bisa menjalaninya. Semangat beribadah kita benar-benar dipacu saat
memulai Ramadhan. Bahkan Rasulullah SAW memberikan panduan agar melipatgandakan
semangat saat akan melepas bulan mulia tersebut. Dari Aisyah ra, ia berkata :
adalah Nabi SAW ketika masuk sepuluh hari yang terakhir (Romadhon),
menghidupkan malam, membangunkan istrinya, dan mengikat sarungnya (HR Bukhori
dan Muslim)
Bila training
keistiqomahan ini kita resapi dengan baik, maka kita akan terbiasa beramal
secara terus menerus dan berkelanjutan dalam bulan yang lain. Segala halangan
dan rintangan akan teratasi dengan sempurna karena semangat istiqomah yang
telah tertempa dalam dada kita. Pada bulan berikutnya, saat lelah melanda, ada
baiknya kita mengingat kembali semangat kita yang menyala-nyala dalam bulan
Ramadhan. Untuk kemudian bangkit dan melanjutkan amal dengan penuh semangat !
Ketiga :
Ramadhan sebagai Training Ihsan
Syariat kita
mengajarkan untuk optimal atau ihsan dalam setiap ibadah. Tak terkecuali dengan
ibadah puasa Ramadhan. Setiap kita diminta untuk meniti hari-hari puasa dengan
penuh ketelitian. Menjaganya dari segala onak yang justru akan
memporakporandakan pahala puasa kita. Rasulullah SAW telah mengingatkan : ” Betapa
banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan dari puasanya kecuali hanya
rasa lapar. Dan betapa banyak orang yang sholat malam, tapi tidak mendapatkan
dari sholatnya kecuali hanya begadang ” (HR Ibnu Majah)
Ini artinya,
hari-hari puasa kita haruslah penuh kehati-hatian. Menjaga lisan, pandangan dan
anggota badan lainnya dari kemaksiatan. Sungguh berat, tapi tiga puluh hari
latihan seharusnya akan membuat kita melangkah lebih ringan dalam hal ihsan
pada bulan-bulan selanjutnya. Bahkan semestinya, perilaku ihsan ini
memang menjadi branding kaum muslimin dalam setiap amalnya.
Terakhir, banyak
hikmah lain yang terserak sedemikian rupa dalam titian tiga puluh hari yang
mulia ini. Tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali mengais hikmah-hikmah
tersebut dari hari ke hari Ramadhan kita, untuk kemudian menjadikannya sebagai
simpanan dalam menyambut bulan-bulan berikutnya. Mari memulai dari
keinginan tulus dalam hati untuk mensukseskan Ramadhan tahun ini. Lalu diikuti
dengan kesungguhan dalam mengisinya bahkan hingga saat hilal Syawal menjelang.
Agar kegembiraan yang dijanjikan bisa kita dapatkan. Rasulullah SAW bersabda :
” Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka (
buka puasa dan juga saat Idul Fitri) dan kegembiraan saat bertemu Tuhan mereka
” ( Hadits Bukhori & Muslim ). Wallahu a’lam bisshowab.