Kultum Tentang Hal Yang Harus Dihindari Dalam Berpuasa
Diposting oleh :
M Delfi Saputra | Dirilis :
05.34 | Series :
Hal yang harus dihindari dalam Berpuasa
marilah kita
berpuasa dengan benar, baik secara lahiriah (tidak makan dan minum) maupun
memuasakan hati dan pikiran kita dari hal-hal yang buruk.
Dalam sebuah
hadis sahih, Rasulullah SAW menyatakan, banyak orang yang berpuasa, tetapi
tidak menghasilkan apa pun dari puasanya, selain lapar dan haus. (HR Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).
Hadis ini
mengisyaratkan secara tegas bahwa hakikat shaum (puasa) itu, sesungguhnya,
bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga. Akan tetapi, puasa adalah menahan diri
dari ucapan dan perbuatan kotor yang merusak dan tidak bermanfaat. Termasuk
juga kemampuan untuk mengendalikan diri terhadap cercaan dan makian orang lain.
Itulah sebagian dari pesan Rasulullah SAW terhadap kaum Muslimin yang ingin
puasanya diterima Allah SWT.
Pada umumnya,
orang yang berpuasa mampu menahan diri dari makan dan minum, dari terbit fajar
sampai terbenam matahari, sehingga puasanya sah secara hukum syariah. Akan
tetapi, banyak yang tidak mampu (mungkin juga kita) mengendalikan diri dari
hal-hal yang mereduksi, bahkan merusak pahala puasa yang kita lakukan.
Pertama, ghibah, menyebarkan keburukan orang lain, tanpa bermaksud untuk
memperbaikinya. Hanya agar orang lain tahu bahwa seseorang itu memiliki aib dan
keburukan yang disebarkan di televisi dan ditulis dalam surat kabar dan
majalah, lalu semua orang mengetahuinya. Penyebar keburukan orang lain
pahalanya akan mereduksi sekalipun ia melaksanakan puasa, bahkan mungkin hilang
akibat perbuatan ghibah yang dilakukannya.
Kedua, memiliki pikiran-pikiran buruk dan jahat, dan berusaha melakukannya,
seperti ingin memanfaatkan jabatan dan kedudukan untuk memperkaya diri,
terus-menerus melakukan korupsi, mengurangi takaran dan timbangan, mempersulit
orang lain, dan melakukan suap-menyuap. Jika hal itu semua dilakukan, perbuatan
tersebut pun dapat mereduksi pahala puasa, bahkan juga dapat menghilangkan
pahala serta nilai-nilai puasa itu sendiri.
Ketiga, sama sekali tidak memiliki empati dan simpati terhadap penderitaan orang
lain yang sedang mengalami kelaparan atau penderitaan, miskin, dan tidak
memiliki apa-apa. Orang yang berpuasa, akan tetapi tetap berlaku kikir dan
bakhil, nilai puasanya akan direduksi atau dihilangkan oleh Allah SWT.
Oleh karena itu,
marilah kita berpuasa dengan benar, baik secara lahiriah (tidak makan dan
minum) maupun memuasakan hati dan pikiran kita dari hal-hal yang buruk.
Latihlah pikiran dan hati kita untuk selalu lurus dan jernih, disertai dengan
kepekaan sosial yang semakin tinggi. Berusahalah membantu orang-orang yang
sedang mengalami kesulitan hidup. Wallahu a’lam bish-shawab.