Kultum Tentang Menjadikan Shaum Tak Sekedar Ritual
Diposting oleh :
M Delfi Saputra | Dirilis :
05.33 | Series :
.
Ramadhan selalu dinanti hamba-hamba Allah yang beriman. Selama sebulan penuh,
insan-insan beriman dan bertakwa diwajibkan untuk menunaikan ibadah shaum.
Shaum Ramadhan bertujuan untuk mencetak hamba-hamba Allah SWT yang beriman dan
bertakwa.
Secara bahasa
shaum berarti menahan (imsak). Sedangkan secara istilah shaum berarti menahan
makan, minum, menggauli istri dan segala yang membatalkan puasa, dari terbit
fajar hingga terbenam matahari, dengan niat ibadah.
Psikiater
terkemuka di Tanah Air, Prof Dr Dadang Hawari, menegaskan, inti dari shaum
adalah pengendalian diri. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
itu, menambahkan, shaum bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga. “Yang
paling penting adalah mengendalikan diri dari hal-hal yang dilarang,” tuturnya.
Dengan mampu
mengendalikan diri, tutur dia, maka seorang Muslim dapat tercegah dari segala
perbuatan keji dan munkar. Saat ini, kata Dadang, perbuatan keji dan munkar
tengah melanda sebagian besar masyarakat Indonesia. Perbuatan keji dan munkar
itu, lanjutnya, berbentuk 5M.
Pertama, madat
alias narkotika. Kedua, minuman keras. Ketiga, main judi. Keempat maling
termasuk korupsi. Kelima madon atau main perempuan, prostitusi, pelacuran, dan
penyimpangan seksual lainnya. “Kalau shaum benar-benar dilaksanakan dengan
baik, maka seorang Muslim akan anti terhadap 5M tadi,” ungkapnya. Sayangnya,
kata dia, pada sebagian Muslim, puasa masih hanya jadi sebatas ritual.
“Akibatnya,
puasa, ya, puasa, korupsi dan kemaksiatan tetap masih juga,” ujarnya. Mengapa
hal itu bisa terjadi? Dadang menegaskan, hal itu terjadi karena rukun Islamnya
saja yang dijalankan.
“Rukun imannya
di mana? Kalau, misalnya, saya beriman kepada Allah yang Maha Tunggal, Maha
Mengetahui, Maha Melihat, bagaimana saya mau korupsi. Apalagi saya percaya
bahwa malaikat di kanan-kiri, mencatat apa yang saya lakukan. Maka tidak
mungkin saya melakukan hal-hal yang keji dan munkar itu. Rukun iman ini yang
kurang. Ini yang menjadi masalah kita.”
Majelis Pimpinan
Badan Kerja Sama Pondok Pesantren se-Indonesia (BKSPPI), Prof KH Didin
Hafidhuddin, mengungkapkan, tujuan utama shaum bulan Ramadhan adalah mencetak
manusia-manusia yang bertakwa. Menurut dia, takwa adalah orang yang selalu
berusaha meningkatkan kualitas diri, kualitas akhlak, kualitas pengetahuan, kualitas
ibadahnya kepada Allah maupun juga kualitas kesalehan sosialnya.
Ia
mengungkapkan, praktik-praktik yang dijalankan dalam ibadah shaum menggambarkan
sesuatu yang sangat luar biasa. Shaum, kata dia, meng ajarkan prinsip hidup
jujur. Seorang yang berpuasa tidak mau makan, minum, di tengah hari, walaupun
itu makanan dan minuman halal, serta tidak ada orang yang tahu. Semua itu
dilakukan karena sadar bahwa Allah Maha Tahu.
Hal seperti itu
sudah seharusnya diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. “Kita jadi
tidak mau berbuat curang, korupsi, walapun tidak ada yang tahu, pengawas tidak
tahu, aparat hukum tidak tahu. Kita menyadari Allah Maha Tahu,” papar ketua
umum Baznas itu. Kesadaran semacam itu, kata dia, harus dibangun seluruh umat
Muslim.
Selain itu,
papar dia, ibadah puasa juga membangun empati kepada sesama, terutama kepada
orang-orang fuqara. Empati bermakna, seorang Muslim tak akan mengkonsumsi
sesuatu secara berlebih-lebihan, sementara orang lain banyak yang membutuhkan.
Ibadah shaum,
tutur Kiai Didin, juga bertujuan membangun ukhuwwah. “Satu perasaan yang diba
ngun oleh ajaran Islam. Kalau sama rata nggak mung kin. Yang dibangun oleh
Islam sama-rasa,” ujarnya. Sehingga, antara sesama Muslim tumbuh ka sih
sayangnya, saling mencintai, menghormati, menghargai seperti satu tubuh yang
tak dapat dipisahkan Ketua MUI Kabupaten Bogor, Dr KH Ahmad Mukri Ajie,
menambahkan, Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keutamaan, penuh dengan
kemuliaan, antara lain dengan melaksanakan puasa Ramadhan. Sehingga, shaum
Ramadhan bisa melebur berbagai kehilapan dan dosa